Senin, 31 Agustus 2020

Nadiem Makarim | Target 250.000 Guru Penggerak

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menjelaskan tentang pentingnya peran guru penggerak. Dalam 5 tahun, dia menargetkan 250.000 guru penggerak.

Nadiem menjelaskan, guru penggerak adalah guru yang mengutamakan muridnya. Dia menjelaskan, jika saat ini pihaknya tengah berupaya bagaimana pemerintah bisa membantu memerdekakan guru-guru penggerak untuk melakukan berbagai macam inovasi.

Kamis, 22 November 2018

PETUNJUK SINGKAT PELAKSANAAN SELEKSI PPG 2018


Petunjuk Singkat Pelaksanaan Seleksi PPG 2018


Admin Pendis.
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi sahabat semua,  moga sahabat semua dalam keadaan sehat dan afiat guna meneruskan pengabdian kepada Madrasahnya masing-masing.
Berikut kami kami bagikan panduan singkat dalam hal pelaksanaan ujian /pretes untuk peserta  PPG Dalam Jabatan Madrasah 2018. Panduan ini berupa panduan yang ditujukan:
1. Untuk Operator
2. Untuk Pengawas
3. Untuk Peserta
Untuk print dan download klik DISIN.
Demikian panduan ini kami bagikan,  moga ada manfaatnya... Moga sahabat yang akan mengikiti test melampaui passing grade yang telah ditetapkan yaitu dengan nilai 60.

Kamis, 25 Oktober 2018

Mengatasi Masalah dan Konflik dengan Memahami Perbedaan


Cara Mengatasi Masalah dan Konflik dengan Memahami Perbedaan


bertengkar2 images

Masalah tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita merasa punya masalah ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Konflik, baik intrapersonal, interpersonal maupun konflik sosial merupakan bagian dari masalah yang kita hadapi. Interaksi interpersonal dan social paling sering memicu konflik. Kita pasti sering merasa sudah sangat dekat, sangat memahami dan sanggup menerima seseorang apa adanya, tetapi ketika ada sedikit saja yang tidak sesuai dengan perasaan atau pemikiran kita, kita merasa tak akan ada solusi. Kedekatan hati dan kesiapan berbagi tidak selalu membuahkan harmoni karena hidup memiliki banyak sisi untuk dimengerti, dinikmati, dijalani sepenuh hati.

Pemicu utama konflik ialah perbedaan. Berlanjut menjadi pertengkaran, pertentangan dan kemudian bisa berpotensi menjadi konflik yang lebih serius. Konflik, sekecil apapun kelihatannya, tidak bisa dianggap sepele juga tidak harus disikapi secara berlebihan. Kita bisa mengelola sikap kita dalam menghadapi konflik dengan mengetahui dan memahami akar permasalahannya.

Pertama, konflik muncul karena seseorang tidak terbiasa menyikapi perbedaan dengan tepat. Manusia diciptakan dengan ribuan sifat dan watak yang berbeda, sehingga cara dan sikap hidup tiap orang tidak sama. Kesadaran akan adanya keragaman dan perbedaan ini yang mutlak diperlukan untuk kelangsungan setiap hubungan baik personal maupun interaksi sosial. Kedua, timbulnya konflik juga dipicu oleh sikap egoistis, selalu membenarkan pendapat sendiri dan merasa diri paling benar. Dalam pola komunikasi internal keluarga maupun lingkungan sosial, sikap seperti ini banyak kita temukan.Berbeda pendapat sering dianggap sebagai ancaman bahkan serangan terhadap eksistensi seseorang. Tiap individu memiliki keinginan, dan kebutuhan yang tidak selalu sama. Cara pandang setiap orang terhadap konflik akan menentukan pula cara ia menghadapi dan menangani konflik.

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan landasan dalam mengelola sikap terhadap konflik.
Bersikap dan bertindak bijak terhadap kelebihan dan kekurangan orang lain (orang tua, pasangan hidup, sahabat atau orang yang kurang kita sukai). Sikap bijak lahir dari kesadaran diri bahwa tiada manusia yang sempurna. Kekurangan orang lain kerap kali menyulut konflik ketika kita tidak siap dan tidak mau menerimanya. Kelebihan orang lain pun tak jarang membuat kita merasa iri, benci memusuhi dan akhirnya jadi dengki… Naudzubillah. Kekurangan seseorang, baik moral maupun material bukan untuk dihakimi. Kekurangan adalah sisi ketidaksempurnaan yang patut kita lengkapi dengan pengertian, serta keikhlasan untuk membantu memperbaikinya. Sedangkan kelebihan orang merupakan anugerah Allah SWT yang sangat pantas kita syukuri. Berani mengakui kelebihan orang dan menghargainya adalah bagian dari memuliakan Yang Maha Bijaksana. Memang tidak mudah merealisasikannya karena butuh keikhlasan untuk melakukannya. Namun, dengan belajar dan berlatih memahami orang lain akan menuntun kita pada sikap dan tindakan yang bijak. 
(saya juga sedang belajar)

Bersikap dan bertindak bijak terhadap diri sendiri dengan mensyukuri kelebihan yang kita miliki, memanfaatkan kelebihan diri dengan rendah hati di jalan kebaikan dan kebenaran, serta menyadari kekurangan diri dan selalu berupaya memperbaiki diri. Sebaik-baik manusia adalah yang tidak sibuk mengutuk kekurangan diri, tetapi selalu berusaha memperbaiki diri. Banyak di antara kita yang mungkin masih menganggap kekurangan (diri sendiri dan orang lain) sebagai aib yang harus di-genocida secara mutlak. Padahal, kekurangan bisa membuat kita dicintai selama kita terus berusaha memperbaikinya dan tidak selalu mengharap dikasihani. Menyadari kekurangan diri akan mmbenamkan hati kita ke dalam keinsyafan bahwa kita membutuhkan orang lain untuk berbagi, saling mengisi dan saling melengkapi.

Melunakkan hati dan memaafkan. Untuk melakukan kedua hal ini diperlukan kesabaran dan ketulusan. Konflik seringkali membuat kita merasa tersakiti dan ingin mengakhiri sebuah hubungan dengan siapa saja. Itu mah jalan pintas. Nafsu harus dikendalikan agar tidak memicu konflik yang berkepanjangan.

Memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Butuh waktu, kesabaran, keikhlasan dan lagi-lagi pengertian. Orang berbuat salah tidak selalu disengaja. Seperti yang pernah diungkapkan K.H. Abdullah Gymnastiar dalam tausyiahnya bahwa ada orang yang berbuat salah karena ia tidak menyadari bahwa ia salah dan ada orang yang melakukan kesalahan kemudian ia mengetahui perbuatannya salah, tetapi ia belum sanggup memperbaikinya. Mungkin orang lain yang berkonflik dengan kita juga menganggap kita yang salah dan tidak bisa dimaafkan. Makanya, agama menyuruh kita untuk saling memaafkan, selalu mengingat kebaikan orang lain terhadap kita dan melupakan jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain agar kita dapat melatih diri mengelola emosi (nafsu amarah). Dengan melupakan jasa diri terhadap orang lain, kita bisa menghilangkan rasa sakit hati ketika orang tersebut tidak menghargai kebaikan kita. Dengan mengingat kebaikan orang lain, kita dapat melunakkan hati kita untuk tidak memasung hati dalam kebencian. Bagaimanapun, kebencian yang kita tanam akan membuat hati semakin keras dan angkuh (merasa diri tak pernah berbuat salah).

Sejatinya, konflik merupakan pembelajaran sikap hidup, pendewasaan berpikir dan pematangan jiwa seseorang. Dengan adanya konflik, kita mengetahui sifat dan karakter seseorang yang mungkin selama ini tertutupi. Konflik juga mendidik kita untuk belajar memahami orang lain, menghargai perbedaan dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari yang berbhineka.


"Jika kita mau mengerti dan menyadari, pertengkaran merupakan langkah untuk memahami pribadi orang lain yang sesungguhnya". (Nia Hidayati)

Kamis, 31 Mei 2018

PANDANGAN TEORI BELAJAR DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

A. Pandangan Teori Behaviorisme tentang Belajar

Teori behaviorisme merupakan salah satu bidang kajian psikologi eksperimental yang kemudian diadopsi oleh dunia pendidikan. Meskipun dikemudian hari muncul berbagai aliran baru sebagai reaksi terhadap behaviorisme, namun harus diakui bahwa teori ini telah mendominasi argumentasi tentang fenomena belajar manusia hingga penghujung abad 20.

Menurut teori behaviorisme, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku, dimana perubahan tersebut muncul sebagai respons terhadap berbagai stimulus yang datang dari luar diri subyek. Secara teoritik, belajar dalam konteks behaviorisme melibatkan empat unsur pokok yaitu: drive, stimulus, response dan reinforcement. Apa yang dimaksudkan dengan drive yaitu suatu mekanisme psikologis yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhannya melalui aktivitas belajar. Stimulus yaitu ransangan dari luar diri subyek yang dapat menyebabkan terjadinya respons. Response adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau stimulus yang diberikan. Dalam perspektif behaviorisme, respons biasanya muncul dalam bentuk perilaku yang kelihatan. Reinforcement adalah penguatan yang diberikan kepada subyek belajar agar ia merasakan adanya kebutuhan untuk memberikan respons secara berkelanjutan.

Pada bagian berikut ini secara berturut-turut akan dideskripsikan secara ringkas pandangan empat tokoh behaviorisme yakni Ivan Petrovich Pavlov, Edward Thorndike, Watson, dan Skiner. Upaya mengedepankan teori empat tokoh ini tidak dimaksudkan untuk mengabaikan pandangan para behavioris lainnya, melainkan semata-mata didasarkan pada pertimbangan bahwa teori behaviorisme Pavlov, Thorndike, Watson dan Skiner paling banyak dirujuk dalam dunia pendidikan. Disamping itu, pandangan Pavlov, Thorndike, Watson, dan Skiner umumnya telah digunakan secara luas sebagai asumsi dalam pengembangan model-model pembelajaran, maupun dalam mempreskripsikan strategi pembelajaran yang berbasis pada teori behaviorisme.


A.1. Teori Classical Conditioning Ivan Pavlov

Teori belajar Pavlov dikenal juga dengan istilah Classical Conditioning. Dengan menggunakan kata kunci conditioning, Pavlov hendak menekankan bahwa tidak semua stimulus dapat dianggap sebagai variabel anteseden dari peristiwa belajar. Stimulus yang tidak menyebabkan terjadinya aktivitas disebut sebagai stimulus fisiologis terutama melalui sistem reseptor. Bagi Pavlov, stimulus ini hanya melahirkan refleks dan karena itu tidak dapat dikatagorikan sebagai respons belajar. Stimulus fisiologis biasanya hanya dapat memunculkan refleks, sehingga diperlukan adanya stimulus yang terkondisi untuk merubah refleks menjadi aktivitas belajar. Dengan demikian, respons belajar, lanjut Pavlov, hanya terjadi melalui stimulus yang terkondisi dan terkontrol.

Proses terjadinya respons belajar melalui stimulus yang terkondisi menurut Pavlov, bersifat gradual sehingga diperlukan adanya reinforcement, untuk pemantapan respons belajar, menghindari terjadinya extinction, atau menghilangnya respons belajar yang diharapkan serta mencegah terjadinya spontaneous recovery dalam waktu yang relatif singkat. Dalam argumentasi Pavlov ini terlihat bahwa aktivitas belajar berlansung dalam suatu proses evolusi melalui stimulus terkondisi yang dirancang secara sistematis dan dikontrol secara ketat untuk mendapat perilaku belajar yang memadai.

A.2. Teori Operant Conditioning Skiner

Teori belajar Skiner lebih dikenal dengan sebutan operant conditioning theory. Secara garis besar teori Skiner memiliki persamaan dengan teori Pavlov, namun aksentuasi analisisnya berbeda. Starting point analisis Skiner lebih diarahkan pada persoalan reinforcement. Dalam perspektif teori Skiner reinforcement perlu diberikan secara terus menerus maupun secara selang-seling dalam jangka waktu tertentu agar diperoleh hasil belajar yang memadai. Pemberian reinforcement biasanya dilakukan pada awal proses belajar, yaitu ketika seseorang memberikan respons belajar secara benar. 
Jika contineous reinforcement diberikan pada awal peoses belajar, maka reinforcement selang-seling diberikan ketika terjadi penurunan respons belajar. Tipe reinforcement ini dapat dibagi menjadi ratio yaitu pemberian reinforcement berdasarkan jumlah respons yang diberikan serta interval yaitu pemberian reinforcement menurut rentang waktu tertentu.
Hal penting yang dapat dipelajari dari teori belajar Skiner yaitu (1) prosers belajar hendaknya dirancang untuk jangka waktu yang pendek beradasarkan tingkah laku yang dipelajari sebelumnya; (2) pada awal proses belajar perlu ada reinforcement serta kontrol terhadap reinforcement yang diberikan; (3) reinforcement perlu segera diberikan begitu terlihat adanya respons belajar yang benar; (4) subyek belajar perlu diberi kesempatan untuk melakukan generalisasi, dan diskriminasi stimuli sebab hal ini akan memperbesar kemungkinan keberhasilan.

A.3. Teori Koneksionisme Edward Thorndike

Teori belajar Edward Thorndike sering disebut juga Connectionism Theory. Menurut teori koneksionisme belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respons. Bagi Thorndike, perubahan perilaku belajar dapat berwujud perilaku yang konkret dan dapat diamati (observable behavior) serta perilaku yang tidak tampak dan tidak dapat diamati (hidden behavior). Kendati Thorndike tidak mengajukan prosedur pengukuran perilaku dalam teorinya, namun harus diakui bahwa teorinya telah memberikan inspirasi kepada para behaviorist yang datang sesudahnya.

A.4. Teori Behaviorisme Watson 

Watson adalah salah seorang behaviorist yang datang sesudah Thorndike. Perspektif teori Watson lebih ditekankan pada perubahan tingkah laku belajar yang harus dapat diamati (observable behavior). Menurut Watson kegagalan utama Thorndike adalah membuka peluang kepada proses mental yang tidak dapat diamati, sehingga bagi Watson teori Thorndike tidak memiliki justifikasi empirik untuk sebuah teori ilmiah.
Akibat dari penekanan terhadap obsevable behavior semacam ini, Watson cenderung mengabaikan berbagai proses perubahan mental yang mungkin saja terjadi dalam belajar. Pengabaian Watson tersebut lebih didasarkan pada pertimbangan teknis pengukuran perilaku, sebab menurutnya proses perubahan mental yang tidak tampak menyebabkan adanya kesulitan untuk menentukan apakah seseorang telah belajar atau belum. Dengan asumsi semacam ini terlihat sekali bahwa Watson sangat berkepentingan untuk mensejajarkan teorinya dengan natural science yang sangat berorientasi pada fakta empirik yang bersifat kuantitatif.

A.5. Implikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran

Berangkat dari asumsi bahwa belajar merupakan perubahan perilaku sebagai akibat interaksi antara stimulus dengan respons, maka pembelajaran kemudian dipandang sebagai sebuah aktivitas alih pengetahuan (transfer of knowledge) oleh guru kepada siswa. Dalam perspektif semacam ini, terlihat bahwa peran guru dipandang sebagai satu-satunya sumber pengetahuan.

Kedudukan siswa dalam konteks pembelajaran behaviorisme menjadi “orang yang tidak tahu apa-apa” dan karena itu perlu diberitahu oleh guru. Dengan demikian perubahan perilaku siswa mesti bersesuaian dengan apa yang dikehendaki oleh guru. Jika terjadi perubahan perilaku yang tidak sesuai maka hal tersebut dipandang sebagai error behavior yang perlu diberikan ganjaran.

Pembelajaran dengan demikian dirancang secara seragam dan berlaku untuk semua konteks, tanpa mempersoalkan perbedaan karakteristik siswa maupun konteks sosial dimana siswa hidup. Kontrol belajar dalam pembelajaran behavioristik tidak memberi peluang bagi siswa untuk berekspresi menurut potensi yang dimilikinya melainkan menurut apa yang ditentukan.

Mengacu pada berbagai argumentasi yang telah dipaparkan, maka secara ringkas implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a). Pembelajaran adalah upaya alih pengetahuan dari guru kepada siswa.
b). Tujuan pembelajaran lebih ditekankan pada bagaimana menambah pengetahuan.
c). Strategi pembelajaran lebih ditekankan pada perolehan keterampilan yang terisolasi dengan akumulasi fakta yang berbasis pada logika liner.
d). Pembelajaran mengikuti aturan kurikulum secara ketat dan belah lebih ditekankan pada keterampilan mengungkapkan kembali apa yang dipelajari.
e). Kegagalan dalam belajar atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum, dan keberhasilan atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
f). Evaluasi lebih ditekankan pada respons pasif melalui sistem paper and pencil test dan menuntut hanya ada satu jawaban yang benar. Dengan demikian, evaluasi lebih ditekankan pada hasil dan bukan pada proses, atau sintesis antara keduanya.

B. Pandangan Teori Kognitif tentang Belajar 

Sama halnya dengan behviorisme, teori kognitif juga merupakan bidang kajian psikologi yang banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena belajar manusia. Dalam beberapa literatur, psikologi kognitif dipandang sebagai sebuah sintesis antara psikologi behaviorisme dan psikologi Gestalt.

Meskipun dipandang sebagai sebuah teori sintesis, namun dalam perkembangan selanjutnya, teori belajar kognitif mampu menunjukkan substansi kajian yang sama sekali berbeda dari behaviorisme. Bahkan dalam derajat tertentu, justru teori belajar kognitif dipandang sebagai anti tesis terhadap teori belajar behaviorisme yang terlalu mekanistik sehingga tidak dapat dipakai sebagai teori yang representatif dalam menjelaskan fenomena belajar manusia.

Teori belajar kognitif merupakan salah satu teori yang muncul sebagai reaksi terhadap kelemahan mendasar dalam teori behaviorisme yang lebih mementingkan perubahan perilaku yang tampak. Bagi para penganut teori kognitif, belajar bukan hanya sekadar inteaksi antara stimulus dan respons melainkan melibatkan juga aspek psikologis lain (mental, emosi, persepsi) yang menyebabkan orang memberikan respons terhadap sebuah stimulus belajar.

Dalam perspektif ini, stimulus bukanlah variabel tunggal yang menyebabkan terjadinya respons melaikan terdapat variabel moderator tertentu yang turut mempengaruhi kemunculan suatu respons. Variabel moderator inilah yang disebut sebagai faktor intenal seperti emosi, mental, persepsi, motivasi dan sebagainya. Pada awalnya, para penganut teori kognitif membangun agumentasinya bahwa antara stimulus dan respons terdapat dimensi psikologis yang menyebabkan terjadinya perubahan mental dan akibat dari perbuhan inilah menyebabkan orang merespons suatu stimulus yang diberikan.Mengacu pada kerangka berpikir tersebut para penganjur teori kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan proses pembentukan dan perubahan persepsi akibat interaksi yang sustainable antara individu dengan lingkungan.

Berikut ini dipaparkan pemikiran tiga tokoh garda depan dalam teori belajar kognitif yang sangat berjasa dalam mengembangkan teori ini. Ketiga tokoh dimaksud yakni Jean Piaget, Emil Bruner, dan David P. Ausebel.

B.1. Teori Perkembangan Kognitif Piaget

Jean Piaget merupakan salah satu ilmuan berkebangsaan Prancis (lahir di Neuchetel, Switserland), dan mendapat gelar Ph.D. dalam bidang ilmu Hewan, berminat dalam bidang filsafat dan baru pada tahun 1940 ia menekuni bidang Psikologi.
Berkaitan dengan belajar, Piaget membangun teorinya berdasarkan pada konsep Skema yaitu, stuktur mental atau kognitif yang menyebabkan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengoordinasikan lingkungan sekitarnya (Suparno, 1997). Skema pada prinsipnya tidak statis melainkan selalu mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kognitif manusia.

Berdasarkan asumsi itulah, Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses menyesuaikan pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dipunyai seseorang. Bagi Piaget, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan yakni: ASIMILASI, AKOMODASI dan EQUILIBRASI.

  1. ASIMILASI adalah proses penyesuian persepsi, konsep, pengalaman dan pengetahuan baru ke dalam skema yang telah dimiliki seseorang.
  2. AKOMODASI yaitu, perubahan skemata ke dalam situasi yang baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara: (1) membentuk skema baru yang cocok dengan pengetahuan yang baru diperoleh, atau (2) memodifikasi skema yang telah ada agar cocok dengan pengetahuan yang baru diperoleh.
  3. EQUILIBRASI yaitu, proses penyeimbangan berkelanjutan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut Paiget, belajar adalah proses perubahan secara kualitatif dalam struktur kognitif. Perubahan dimaksud terjadi, manakala informasi atau pengetahuan baru yang diterima sesorang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga bersesuaian (diasimilasikan) dengan struktur kognitif yang telah dimiliki sebelumnya.

Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam kasus tertentu asimilasi mungkin saja tidak terjadi karena informasi baru yang diperoleh tidak bersesuaian dengan stuktur kognitif yang sudah ada. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu disesuaiakan dengan pengetahuan baru yang diterima. Proses semacam ini disebut akomodasi. Penekanan Piaget tentang betapa pentingnya fungsi kognitif dalam belajar didasarkan pada tahap perkembangan kognitif manusia yang dikategorikan dalam suatu struktur hirarkhis terdiri dari enam jenjang, mulai dari tahap sensori-motorik sampai tahap berpikir universal. 

B.2. Teori Kognitif Bruner

Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.

Menurut Burner, perkembangan kongitif manusia terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya memandang lingkungan. Ketiga tahap dimaksud meliputi:
  • Tahap ENAKTIF yaitu, tahap dimana individu melakukan berbagai aktivitas yang berhubungan dengan usahanya memahami lingkungan;
  • Tahap IKONIK yaitu, tahap individu memahami lingkungannya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal;
  • Tahap SIMBOLIK yaitu, tahap dimana individu memiliki gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Dalam konteks berpikir yang demikian, Bruner berpendapat bahwa pembelajaran dapat dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap perkembangan tertentu. Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, maka individu dapat belajar meskipun usianya belum memadai. Dengan logika lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan melalui materi yang dirancang sesuai dengan karakteristik kultural siswa.

Gagne dan Berliner menyimpulkan beberapa prinsip yang mendasari teori Bruner sebagai berikut:
  • Makin tinggi tingkat perkembangan intelektual seseorang, makin meningkat pula ketidaktergantungan individu terhadap stimulus yang diberikan;
  • Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi;
  • Perkembangan intelektual meliputi peningkatan kemampuan untuk untuk mengutarakan pendapat dan gagasan melalui simbol;
  • Untuk mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang intensif antara guru dan siswa;
  • Perkembangan kongitif meningkatkan kemampuan siswa memikirkan beberapa alternatif secara serentak, serta memberikan perhatian kepada beberapa stimulus dan situasi sekaligus.
B.3. Teori Belajar Bermakna Ausebel

Sama halnya dengan Piaget dan Bruner, Ausebel merupakan salah satu tokoh garda depan dalam psikologi kognitif yang juga menaruh perhatian pada masalah belajar manusia. Belajar menurut Ausebel diartikan sebagai proses asimilasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang telah terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Agar belajar menjadi lebih bermakna, demikian lanjut Ausebel, maka ada dua hal yang patut diperhatikan yaitu: (a) materi yang dipelajari haruslah merupakan materi yang bermakna sesuai dengan struktur kognitif siswa; (b) aktivitas belajar semestinya berlangsung dalam kondisi belajar yang bermakna. Dalam konteks demikian aspek motivasional menjadi sangat penting, sebab tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru jika siswa tidak memiliki keinginan dan pengetahuan bagaimana melakukannya.

Meskipun kedua syarat tersebut telah terpenuhi, namun belajar belum dapat terjadi secara bermakna, karena masih diperlukan adanya advance organizer, yaitu kerangka abstraksi atau ringkasan konseptual dari apa yang harus dipelajari berkaitan dengan penegetahuan yang telah dimiliki siswa sebelumnya.
Bagi Ausebel advance organizer dapat memeberikan tiga manfaat penting yaitu: (1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari oleh siswa; (2) berfungsi sebagai mnemonic (jembatan penghubung) antara apa yang sedang dipelajari “saat ini” dengan apa yang “akan” dipelajari siswa; (3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Jika ditelaah secara mendalam, maka tampak bahwa terdapat beberapa persamaan antara pandangan Ausebel dan Bruner meskipun aksentuasinya berbeda. Terdapat empat keasamaan antara teori Bruner dan Ausebel yaitu:
  • Keduanya menekankan pada makna dan pemahaman, walaupun penekanan Bruner lebih pada masalah discovery secara induktif dan Ausebel pada internalisasi secara deduktif;
  • Esensi belajar bukan hanya pengulangan secara verbatim; baik Bruner maupun Ausebel sama-sama menekankan pentingnya belajar konsep dan prinsip; 
  • Sama-sama menekankan tentang struktur, waluapun Bruner lebih menkankan pada stuktur ilmu, sedangkan Ausebel lebih menekankan pada struktur kognitif; 
  • Proses belajar mestinya belangsung dalam dan berhubungan dengan situasi konkrit.
B.4. Implikasi Teori Kognitifisme dalam Pembelajaran

Bagi para penganut aliran kognitifisme, pembelajaran dipandang sebagai upaya memberikan bantuan kepada siswa untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru melalui proses discovery dan internalisasi.
Agar discovery dan internalisasi dapat berlangsung secara benar maka perlu diperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu sebagai berikut:
  • Setiap siswa perlu dimotivasi oleh guru agar merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, dan bukan sebaliknya sebagai beban;
  • Pembelajaran hendaknya dimulai dari hal-hal yang konkrit ke hal-hal yang abstrak;
  • Setiap usaha mengkonseptualisasikan matari pembelajaran hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa belajar;
  • Pembelajaran hendaknya dirancang sesuai dengan pengalaman belajar siswa dengan memperhatikan tahap-tahap perkembangannya;
  • Materi pelajaran hendaknya dirancang dengan memperhatikan sequencing penyajian secara logis.
C. Pandangan Teori Konstruktivisme tentang Belajar

Menurut asalnya, teori konstruktivime bukanlah teori pendidikan. Teori ini berasal dari disiplin filsafat, khususnya filsafat ilmu. Pada tataran filsafat, teori ini membahas mengenai bagaimana proses terbentuknya pengetahuan manusia. Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas yang dihadapinya.

Dalam perkembangan kemudian, teori ini mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut:
  • Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai; 
  • Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus-menerus seumur hidup; 
  • Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang; 
  • Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar;
  • Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa; 
  • Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah suatu proses organik untuk menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanis untuk mengumpulkan fakta. Dalam konteks yang demikian, belajar yang bermakna terjadi melalui refleksi, pemecahan konflik pengertian dan selalu terjadi pembaharuan terhadap pengertian yang tidak lengkap.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial. Proses konstruksi pengetahuan berlangsung secara pribadi maupun sosial. Proses ini adalah proses yang aktif dan dinamis. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan awal, kemampuan kognitif dan lingkungan sangat berpengaruh dalam proses konstruksi makna.

Argumentasi para konstruktivis memperlihatkan bahwa sebenarnya teori belajar konstrukvisme telah banyak mendapat pengaruh dari psikologi kognitif, sehingga dalam batas tertentu aliran ini dapat disebut juga neokognitif.

Walaupun mendapat pengaruh psikologi kognitif, namun harus diakui bahwa stressing point teori ini bukan terletak pada berberapa konsep psikologi kognitif yang diadopsinya (pengalaman, asimilasi, dan internalisasi).melainkan pada konstuksi pengetahuan. Konstruksi pengetahuan yang dimaksudkan dalam pandangan konstruktivisme yaitu pemaknaan realitas yang dilakukan setiap orang ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dalam konteks demikian, konstruksi atau pemaknaan terhadap realitas adalah berlajar itu sendiri. Dengan asumsi seperti ini, sebetulnya substansi konstrukvisme terletak pada pengakuan akan hekekat manusia sebagai homo creator yang dapat mengkonstruksi realitasnya sendiri.

C.1. Implikasi Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, melainkan suatu penciptaan suasana yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti partisipasi aktif guru bersama-sama siswa dalam membangun pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah belajar itu sendiri. Menurut prinsip konstruktivisme, guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan sebagaimana mestinya. Sebagai fasilitator dan mediator tugas guru dapat dijabarkan sebagai berikut:
  • Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab dalam merencanakan aktivitas belajar, proses belajar serta hasil belajar yang diperolehnya. Dengan demikian menjadi jelas bahwa memberi kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama guru. 
  • Memberikan sejumlah kegiatan yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan mendorong mereka untuk meng-ekspresikan gagasan-gagasannya serta mengkomukasikan-nya secara ilmiah;
  • Menyediakan sarana belajar yang merangsang siswa berpikir secara produktif. Guru hendaknya menciptakan rangsangan belajar melalui penyediaan situasi problematik yang memungkinkan siswa belajar memecahkan masalah;
  • Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan tingkat perkembangan berpikir siswa. Guru dapat menunjukkan dan mempertanyakan sejauh mana pengetahuan siswa untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan dengan pengetahuan yang dimilikinya.



(Ditulis Oleh Drs.Agustinus Maniyeni, M.Pd - Dalam buku "Wawasan Pembelajaran" halaman 1-15)

Rabu, 02 Mei 2018

POHON JABATAN DAN POHON KARIER




POHON JABATAN dan POHON KARIER

Cita-cita merupakan sebuah impian yang sedang diusahakan. Siswa-Siswi di Indonesia selalu optimis jika menyuarakan cita-citanya. Ketika sang guru bertanya “nanti kalau sudah besar mau jadi apa nak?” tentunya jawaban yang diterima sang guru bermacam-macam mulai dari Pemain bola, Ustad, petani, dokter, guru, Sopir truk cadas bahkan kalau siswa kelas satu jika ditanya, ada yang menjawab ingin menjadi Ultraman. Yah… tidak ada yang salah mendengar cita-cita mereka hanya saja tugas guru adalah membuka wawasan siswa-siswi nya  agar memiliki cita-cita yang dapat bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
 Kegiatan ini membuka wawasan cita-cita kepada siswa-siswi dan juga memperkenalkan berbagai  macam profesi yang dapat dijadikan cita-cita. Salah satu cara membuat gerakan optimis meraih cita-cita adalah dengan membuat Pohon Harapan yaitu pohon  buatan yang ditempel dengan kertas warna yang bertuliskan cita-cita. Bahan dasar pembuatan pohon adalah:

  • Batang tanaman yang sudah dibersihkan daunnya dan yang memiliki banyak cabang.
  • Pot atau wadah untuk menaman batang tanaman
  • karton berwarna hijau dan Merah atau warna lainnya
  • Double tape atau alat perekat lainnya
  • Spidol/ Bolpoint

Cara membuatnya sangatlah gampang batang tanaman yang sudah dibersihkan ditanam dalam Pot lalu potonglah  karton berwarna hijau menyerupai daun dan karton berwarna merah menyerupai bunga. Setiap siswa menuliskan nama dan cita-citanya di karton yang berbentuk daun lalu menempelkannya di batang yang ditanam.
Ketika seluruh siswa-siswi sudah menempelkan dan sudah menyerupai pohon maka jadilah pohon harapan yang selalu mengingatkan cita-cita mereka. Tanamkan juga tentang filosofi merawat tanaman yaitu menyiram dan selalu memupuknya agar tetap tumbuh tinggi. begitu juga dengan pohon harapan yang dibuat yaitu selalu mengingatkan untuk menyiramnya dengan Doa dan memupuknya dengan Usaha dan belajar  agar  harapan cita-cita dapat terwujud. Disarankan untuk menempelkan pohon harapan yaitu pada saat siswa-siswi berkumpul semua di lapangan hal ini ditujukan agar mereka saling mendoakan satu sama lain.
Menjadi guru kreatif sangat lah menyenangkan, menyenangkan untuk kita sebagai guru dan juga untuk siswa-siswi, jadikanlah sekolah sebagai proses pembelajaran yang menyenangkan bukan hal yang ditakutkan.

Selasa, 01 Mei 2018

Ucapan HARDIKNAS 2018 MTsN 2 Maluku Tengah


Dalam rangka peringatan hari Pendidikan Nasional Tahun 2018 (Hardiknas 2018) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah menetapkan tema dan logo Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018. Tema dan logo peringatan Hardiknas Tahun 2018 ini ditetapkan melalui Surat Mendikbud Nomor: 17445/MPK.A/TU/2018 tertanggal 29 Maret 2018 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018.

Hari Pendidikan Nasional diperingati pada tanggal 2 Mei setiap tahunnya. Penetapan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional oleh pemerintah melalui Keppres RI Nomor 316 Tahun 1959. Sebagaimana diketahui, pemilihan tanggal tersebut merujuk pada tanggal lahir Ki Hadjar Dewantara yang merupakan Bapak Perintis Pendidikan Nasional.

Peringatan ini merupakan wujud nyata kepedulian pemerintah akan pentingnya pendidikan di negeri ini. Selain untuk mengingat kembali filosofi dari nilai perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam menegakkan pondasi pendidikan di Indonesia, peringatan Hari Pendidikan Nasional juga diharapkan menjadi sebuah momentum untuk kembali menumbuhkan patriotisme dan nasionalisme pada seluruh insan pendidikan. Termasuk tentunya di lingkungan madrasah yang dikelola oleh Kementerian Agama.

1. Logo Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018


Logo peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018 adalah sebagai berikut.

Logo Hardiknas 2018


2. Tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018


Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018 adalah "Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan".

Konon, mutu pendidikan di Indonesia masih rendah. Kalah jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga sekalipun, apalagi dengan negara maju. Berbagai kendala seperti masalah insfrastruktur, sumber belajar, tenaga pendidk, dan peran orang tua dan lingkungan kerap mengemuka. Padahal pendidikan merupakan pondasi kemajuan sebuah bangsa.

Di lain sisi pendidikan juga memiliki peran penting dalam membangun dan melestarikan budaya. Di mana Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat beragam dan menjadi kekayaan budaya tersendiri. Namun jika tidak dapat dikelola dengan baik justru bisa berubah menjadi sumber konflik.

Pendidikan harus mampu mendukung keberagaman kebudayaan. Sehingga dengan penguatan pendidikan secara tidak langsung akan berdampak pula pada majunya kebudayaan Indonesia.

Tampaknya inilah yang ingin dicapai melalui tema Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018, Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan.

Akhirnya selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional Tahun 2018. Semoga tema dan logo Hardiknas Tahun 2018 ini bermanfaat

Selasa, 17 April 2018

Motivasi Belajar

Ikatan Guru Indonesia

Motivasi Belajar

A. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa inggris “Motivations” perkataan asalnya adalah “motive”, yang juga telah dipinjamkan oleh bahasa melayu “Motif” yaitu bermaksud tujuan. Motivasi berpangkal pada kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada didalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan bahkan motif diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Motivasi secara umum sering diartikan sebagai suatu yang ada pada diri seseorang yang dapat mendorong mengaktifkan , menggerakan dan mengarahkan perilaku seseorang . dengan kata lain motivasi ada dalam diri seseorang dalam wujut niat harapan keinginan dan tujuan yang ingin dicapai.
Namun pada dasarnya motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan membentuk arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai

B. Jenis-jenis Motivasi

Motivasi ada dua jenis, yaitu:

1. Motivasi Intristik 
Motivasi yang berasal dari dalam diri siswa/orang itu sendiri.

2. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan tersebut dating dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar.

C. Peran Motivasi yang Penting Dalam Belajar

1. Peran motivasi dalam penguatan belajar

Peran motivasi dalam hal ini dihadapkan pada suatu kasus yang memerlukan pemecahan masalah. Misalnya seorang siswa yang kesulitan dalam menjawab soal matematika akhirnya dapat memecahkan soal matematika dengan bantuan rumus matematika.

Usaha untuk memberi bantuan dengan rumus matematika dapat menimbulkan penguatan belajar. Motivasi ini dapat menentukan hal-hal apa yang di lingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk itu seorang guru perlu memahami suasana lingkungan belajar siswa sebagai bahan penguat belajar.

2. Peran Motivasi dalam memperjelas Tujuan Belajar.

Peran ini berkaitan dengan kemaknaan belajar yaitu anak akan tertarik untuk belajar jika yang dipelajarinya sedikitnya sudah bisa diketahui manfaatnya bagi anak.

3. Peran Motivasi menentukan Ketekunan dalam Belajar

Seseorang yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu akan berusaha mempelajari sesuatu dengan baik dan tekun, dan berharap memperoleh hasil yang baik.

D. Faktor yang Menurunkan Motivasi Belajar

1. Kehilangan harga diri

Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi orang dewasa sangat besar. Tanpa harga diri, peserta didik orang dewasa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya

2. Ketidaknyamanan fisik

Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar. Seorang peserta didik dewasa biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya. Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun. Contoh; seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.

3. Frustasi

Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang dewasa merupakan hal yang harus dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi

4. Teguran yang tidak dimengerti

Orang dewasa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman luas ttapi juga prasangka yang besar pula. Jika tutor/guru menegur dengan tanpa ia mengerti, peserta didik orang dewasa itu pun akan merasa bingung dan berprasangka macam-macam yang pada akhirnya menjadi faktor penurun motivasi belajarnya. Contohnya, tutor/guru yang kesal dengan peserta didiknya yang terlambat menacung-acungkan jari dengan cepat kepada peserta didik tersebut

5. Materi terlalu sulit/ mudah

Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikan tutor/guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah.

6. Persaingan yang tidak sehat

Setiap peserta didik orang dewasa mempunyai perbedaan satu sama lainya. Kadang-kadang dalam ujian ada saja yang berbuat curang. Peserta didik yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.

7. Berkelompok dengan peserta yang sama sama kurang

Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk tutor/guru agar peserta didik dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan tutor/guru. Jika dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok tidak akan berjalamn baik. Proses yang diharapkan guru/tutor agar saling mengisi dan bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh anggorannya berkemampuan rendah. Peserta didik pun akan merasa tidak mencapai progres yang baik dan tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya. 

E. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar

  1. Menahan diri - saat kita tertarik dengan sesuatu yang baru biasanya dengan penuh antusias untuk segera melakukannya,.lupa bahwa kita juga mempunyai keterbatasan. Seolah kita mampu melakukan segalanya dan mengerahkan semua energy yang ada, hingga cepat terkuras dan kehabisan energy. Tahanlah keinginan jangan melakukan semua yang diinginkan, lakukan 50 - 75 % saja dan buat perencanaan untuk meningkatkannya secara perlahan.
  2. Visualisasikan - carilah gambar atau image yang berhubungan dengan tujuan atau cita-cita kita, misalnya berupa barang, atau tempat wisata yang ingin dikunjungi. Letakkan ditempat yang sering terlihat, agar setiap kali melihatnya membuat kita termotivasi untuk berusaha lebih giat.
  3. Cari teman atau partner - mempunyai partner dalam misi yang sama sangat membantu untuk terus termotivasi, saling membantu dan memberi informasi, bekerja sama dalam menggapai mimpi.
  4. Kerjakan segera - pada saat kita merasa ingin melakukan sesuatu yang akan mempercepat proses pencapaian tujuan, lakukanlah segera. Jangan menundanya, seringkali kita menunda hal-hal yang seharusnya dilakukan. Entah itu dengan alasan karena merasa tidak mampu melakukannya atau karena alasan lain yang tidak seharusnya.
  5. Buatlah menjadi menyenangkan - betapun beratnya perjuangan untuk mencapai yang diinginkan, berusahalah untuk membuatnya menjadi hal yang menyenagkan. Melakukan hal yang menurut kita menyenangkan membuat segalanya tampak lebih ringan dan mudah.
  6. Bersabar - hmm.. kata ini terlalu sering didengar, mudah mengatakannya namun sulit untuk melakukannya. Terlebih jika mempunyai tujuan dalam jangka panjang, namun bersabar adalah keharusan. Setiap sesuatu membutuhkan waktu, bila memang sudah waktunya nanti kita bisa merasakan nikmatnya kesuksessan.
  7. Buat tujuan jangka pendek - mempunyai tujuan jangka panjang bisa jadi sangat berat untuk tetap termotivasi, dalam beberapa minggu atau bulan sangat mungkin kita kehilangan motivasi. Untuk mengatasi ini pecahlah tujuan jangka panjang tersebut menjadi beberapa tujuan jangka pendek.
  8. Beri dirimu penghargaan - bukan hanya untuk tercapainya tujuan jangka panjng, seperti pada point 9 yaitu memecahnya menjadi beberapa jangka pendek. Untuk setiap tercapainya tujuan jangka pendek berilah dirimu penghargaan yang sesuai, tapi juga jangan berlebihan.
  9. Cari inspirasi setiap hari - inspirasi merupakan motivator terbaik, dan inspirasi bisa ditemukan dimana saja. Carilah inspirasi setiap hari, inspirasi bisa berasal dari : blogs, cerita suksess, forums, buku, majalah, koran, televisi, dan radio.
  10. Cari guru atau pembimbing - ini akan memberi kita motivasi, setidaknya untuk show atau menunjukan keberhasilan yang telah dicapai. Dan memberi motivasi untuk melakukan sesuatu yang telah diajarkan. Mungkin ini cara yang mahal untuk mencari motivasi, tapi cari ini terbukti bisa berhasil.
  11. Buatlah aturan - harus diakui terkadang kita juga merasa malas dan bosan, hingga melewatkan satu hari berlalu tanpa ada kemajuan. Tapi jangan biarkan ini terus terjadi, satu hari kita malas maka besoknyapun kita masih malas untuk melakukannya. Buatlah aturan untuk tidak melewatkannya lebih dari 1 hari, cukup satu hari yang tersia-sia.
  12. Khayalkan atau gambarkan - gambarkan akan seperti apa kita pada saat telah mencapai suksess seperti yang dinginkan. Mobil apa yang dikendarai, seperti apa rumah yang bakal dibangun, dimana akan berwisata, atau semisalnya. Lakukan ini setidaknya 5 - 10 menit setiap hari. Cara ini dipakai untuk mempertahankan motivasi dalam waktu yang lama.
  13. Teman berkompetisi - carilah yang bersahabat dan mau berkompetisi dengan sportif. Partner atau teman bisa juga menjadi pesaing dalam arti yang positif, pastikan untuk bersaing secara positif.
  14. Buat komitmen pada publik - trik ini terbukti ampuh. Misalnya : buat tulisan di blog bahwa kita akan mencapai sesuatu pada tanggal yang ditentukan
  15. Berpikir positif, buang yang negatif - awasi pikiran, waspadalah terhadapnya. Sadar atau tidak kita selalu berbicara pada diri sendiri, namun kita tidak selalu siap menghadapi pikiran buruk kita sendiri. Buanglah jauh dan gantilah pikiran buruk dengan pikiran yang baik, pikiran baik bisa menjadi kekuatan yang dahsyat.

Video Mutifasi Belajar




Pengenalan Bimbingan Dan Konseling Bagi Siswa

Ikatan Guru Indonesia Pengenalan Bimbingan Dan Konseling Bagi Siswa Sampai saat ini guru BK masih dianggap menakutkan. Pandanga...